Hari Belanja Online Nasional alias Harbolnas yang akan jatuh pada 12 Desember – atau lebih akrab disebut dengan 12.12 – sudah di depan mata. Sudah menyiapkan apa? Uang di dalam kartu debit, kartu kredit, atau malah sudah lengkap dengan daftar belanjaannya?
Kali ini daftar belanjaannya mungkin bukan seperti daftar yang biasa digunakan dalam rangka belanja kebutuhan bulanan di supermarket, yang sangat membantu dalam mengingat kebutuhan apa saja yang memang sifatnya sangat penting jadi jangan sampai nggak terbeli. Nggak mau dong, ya, sesampainya di rumah barang yang penting nggak terbeli, eh malah yang nggak penting-penting amat nangkring dengan manisnya di kantong belanja.

Lantas, daftar belanjaan macam apa yang disiapkan menjelang Harbolnas nanti? Whattt??? Daftar barang yang kena diskon gede-gedean? Bolak-balik iklan barang-barang apa saja yang bakal didiskon sudah wara-wiri tuh di internet, kan? Aduh, kalau yang kena diskon gede banyak banget, setiap market place ada, masa iya mau dibeli semua?
Yang punya blog bawel banget, ya … Jangan-jangan sudah mempersiapkan sesuatu juga. Oh iya, pasti. Saya sudah menyiapkan diri menjelang Harbolnas 12.12 nanti. Apa saja? Ini dia!
- Menyibukkan diri dengan setumpuk pekerjaan. Menjelang liburan panjang sekolah, rencananya saya mau mengajak anak-anak berlibur. Belum tahu mau kemana. Bisa jadi ke Bandung karena ada satu sahabat yang mau meluncurkan buku keduanya dan saya pengen ketemu karena kami belum pernah berjumpa. Saya percaya banget, dengan bertemu teman-teman baru, ada sesuatu yang bakal kita dapat. Bisa jadi ada
traktiranwawasan baru yang pastinya bermanfaat buat saya kalau nggak nanti ya suatu hari nanti. Jadi pekerjaan kantor saya saat ini tengah banyak-banyaknya, teman-teman! Jadi boro-boro mau belanja online, ya. - Mengalokasikan dana untuk kebutuhan non konsumtif. Berhubung mau mengajak anak-anak liburan, saya harus menyiapkan biaya khusus. Jangan sampai ya, anak-anak kelaparan di tempat wisata karena momnya bawa uang mepet, ihiks. Ibu yang sungguh
pelitnggak bijaksana. Jadi, alokasi belanja hanya untuk kebutuhan bulanan saja.Source: Pexels Buat saya, berlibur bersama anak-anak yang memang jarang banget begini, bukan bersifat konsumtif. Ini saya tengah menginvestasikan waktu bersama mereka. Mempererat hubungan ibu dan anak dong, ya.
- Menyiapkan mental berinvestasi daripada konsumsi. Ini penting banget. Shopping is okay, traveling is okay, investing is a must. Bagaimana dengan buibu sekalian?
INVESTASI adalah kegiatan membeli suatu barang dengan harapan di masa mendatang harganya akan mengalami peningkatan. (Wikipedia)
Siapapun pasti tahu bahwa investasi itu penting. Semua orang punya impian tentang masa depan. Punya rumah impian, kendaraan idaman, pendidikan berkualitas bagi putra-putri tercinta, berlibur ke tempat wisata, membangun bisnis, berdonasi di setiap kegiatan kemanusiaan, sampai alasan yang paling sederhana, yaitu: nggak mau hidup susah seperti waktu kecil dulu. Ehhh, ini sih saya kayaknya, wkwkwk …
Nah, ada beragam pilihan investasi yang bisa dipilih. Semuanya tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada apa saja, ya? Yuk, kita bahas di sini.
TANAH
Di Bogor, kota tempat saya tinggal, konon ada seorang juragan tanah yang terkenal banget. Sangat-sangat kaya karena tanahnya di mana-mana. Jalanan sepanjang kurang lebih tujuh kilometer dari arah komplek saya yang menembus wilayah Bogor lainnya, kabarnya punya beliau juga. Sawah di belakang rumah saya kabarnya milik beliau juga. Kalau membahas tanah di sini, orang-orang pasti ingat beliau. Beliau sudah wafat beberapa bulan lalu. Mengingatkan kita bahwa orang-orang jaman dulu – mungkin kakek atau nenek kita – sukanya memang berinvestasi di tanah.

Menjanjikan? Sangat. Dilansir di harian Kompas, Wakil Ketua DPP Rel Estate Indonesia (REI), Hari Gani menyampaikan bahwa kenaikan harga tanah di Jakarta mencapai 22-33 persen per tahun. Asyik, ya. Seandainya berinvestasi tanah bisa dicicil per bulan per meter saya mau banget, hahaha … Itu sih keburu tanahnya digusur sama tetangga sebelah, ya?
PROPERTI
Meskipun sempat mengalami kelesuan, nyatanya berinvestasi di properti masih disukai banyak orang. Terbukti dengan semakin menjamurnya pembangunan komplek perumahan, townhouse, maupun apartemen. Di komplek saya saja, satu orang bisa memiliki lebih dari satu unit. Ada yang sengaja bersebelahan karena memang untuk ditinggali, ada juga yang berada di blok lain karena niatnya untuk investasi (disewakan). Apartemen pun demikian.

Beberapa kali mereservasi apartemen untuk liburan via salah satu layanan online, satu host rata-rata memiliki lebih dari satu unit. Kadang di apartemen yang berbeda, kadang hanya berbeda lantai atau tower saja, Properti selama berada di lokasi yang strategis dan bebas banjir, pasti menjanjikan. Pastikan saja dalam keadaan dihuni karena bangunan yang kosong berpotensi rusak. Pepatah dari orangtua, tempat hunian itu ada nyawanya. Sama seperti properti, sayangnya harga properti kian hari kian melambung. Agak pikir-pikir juga kalau mau mulai membeli.
EMAS
Menabung dalam bentuk emas sudah dilakukan juga sejak jaman nenek moyang. Tapi entah saya yang kudet atau bagaimana, yang saya tahu emas itu selalu dalam bentuk perhiasan. Sepertinya saya baru mengenal logam mulia kurang dari 10 tahun terakhir, deh.

Nah, menyimpan sebaiknya memang dalam bentuk logam mulia, bukan perhiasan, karena saat menjual emas kita biasanya dikenakan ongkos pembuatan yang lumayan besar. Logam mulia sendiri dimulai dari 1 gram hingga 100 gram. Dulu saya rajin nih menabung logam mulia. Beli mulai ukuran 5 gram, kalau sudah punya lima buah, saya tukar deh dengan yang beratnya 25 gram. Nggak ada alasan apa-apa, sih. Cuma biar lebih ‘kelihatan saja’, hahaha …
Bagi saya, logam mulia adalah instrument untuk memproteksi, bukan investasi. Buat teman-teman yang ngeri kebablasan belanja karena terlalu banyak menyimpan uang, bolehlah dialihkan ke dalam bentuk logam mulia. Lebih menjanjikan dibandingkan menyimpan uang di bank yang pasti tergerus inflasi. Teman-teman bisa lebih tenang karena pertumbuhan logam mulia sejalan dengan investasi. Tapi belum bisa melebihi inflasi sehingga bukan termasuk instrumen investasi.
PASAR MODAL
Terdiri dari Saham, Real Estate Investment Trust (REIT), Exchange Traded Fund (ETF), Obligasi Negara dan Obligasi Korporasi termasuk Sukuk.
Di pasar modal sendiri, saya hanya mengenal investasi dalam bentuk saham. Ini adalah bukti kepemilikan kita di suatu perusahaan di Indonesia. Teman-teman pasti akrab dengan yang namanya sabun Lifebuoy, pembangunan pekerjaan infrastruktur yang tengah dikerjakan Waskita Karya, suka banget makan Indomie pakai cabe rawit, membekali anak-anak dengan susu ultra, bepergian dengan melewati jalan tol, dan masih banyak lagi. Kita bisa banget menjadi pemilik dari perusahaan-perusahaan yang punya produk tersebut dengan cara membeli sahamnya.
Sayangnya, masyarakat Indonesia masih sangat awam dengan investasi saham. Takut rugi, takut pakai modal banyak, takut terlibat dalam judi dan lain sebagainya. Pemerintah sudah mencanangkan program “Yuk Nabung Saham” sejak tahun 2015 lalu namun sepertinya masih punya tugas besar untuk mengedukasi masyarakat kita mengenai investasi di pasar modal.
Dari beragam jenis investasi yang bisa dipilih, ternyata ada dua tantangan besar yang masih menghinggapi jiwa-jiwa masyarakat Indonesia. Dua hal sederhana yang mungkin disadari, mungkin tidak, atau mungkin tahu tapi diabaikan. Pada akhirnya dua hal ini menjadi tantangan dalam berinvestasi. Yuk, kita kenali.
BERJIWA KONSUMTIF
Disadari atau nggak, masyarakat kita itu doyan banget belanja. Doyan juga pergi jalan-jalan sampai lupa berinvestasi. Makanya tadi saya bilang, kan. Shopping is okay, traveling is okay, investing is a must.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kusumaningtuti S. Soetiono dalam acara Focus Group Discussion (FGD) tahun 2015 lalu menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia semakin konsumtif dan mulai meninggalkan kebiasaan menabung. Hal ini tercermin dari menurunnya Marginal Propensity to Save (MPS) dalam tiga tahun terakhir dan naiknya Marginal Prosperity to Consume (MPC).
Dalam kegiatan yang diulas di harian Kompas, disampaikan juga mengenai MPC yang menunjukkan bahwa setiap kali memiliki uang, masyarakat cenderung menggunakan untuk berbelanja, bukan menabung. Yuk, sama-sama berbenah. Kalau masih merasa diri kita terlalu konsumtif, ayo kita ubah dari sekarang. Saya sendiri sangat bisa menahan nafsu untuk berbelanja pakaian, sepatu, dan apapun itu yang biasanya disukai perempuan. Tapi saya paling susah mengerem keinginan untuk jajan dan makan. Kalau begini ceritanya, kapan coba liburan ke Maldivesnya?
MAUNYA INSTANT
Baru beberapa hari lalu saya bertemu dengan seorang teman lama. Kami bercerita banyak hal. Kegiatan saya dan dia sekarang sampai kemudian dia bercerita tentang kasus penipuan investasi yang pernah dialaminya. Saya terkejut. Selama ini sering mendengar beritanya di televisi. Tapi sama sekali nggak menyangka kalau salah satu teman juga ikut menjadi korban.
Informasi yang dia peroleh, orang yang mengajak berinvestasi tersebut menceritakan bahwa perusahaan mereka mengajak masyarakat berinvestasi bersama untuk membeli saham sekaligus penggalangan dana kemanusiaan. Nominalnya nggak tanggung-tanggung, sampai ratusan juta. Bahkan keluarganya pun ikut serta dan nominalnya sampai milyaran. Waduh, mules betul saya mendengarkan ceritanya. Mie terbang yang tengah saya makan, jadi berasa semakin tinggi terbangnya.
Alasan dia begitu saja tertarik karena imbal balik yang dihasilnya cukup besar, yakni 10 persen per bulan. Sangat disayangkan ya, teman-teman. Seandainya dia tahu bahwa berinvestasi di saham dilakukan oleh kita sendiri, dengan akun kita sendiri, bukan dilakukan bersama-sama seperti yang diceritakannya. Kalau buat saya pribadi, nggak ada bisnis yang pasti di dunia ini, termasuk bahwa pasti memperoleh 10 persen per bulan itu. Dalam bisnis, pasang surut pasti ada.

Setuju dong ya, bahwa segala sesuatu di dunia ini membutuhkan proses. Begitu juga dalam hal berinvestasi. Harus banyak-banyak mencari informasi yang terpercaya supaya nggak salah memilih dan telaten memelihara produk investasi sampai nanti masanya panen.
Nah, kembali ke Harbolnas 12.12, boleh banget kalau mau belanja ya, teman-teman. Siapa tahu di sana tengah ada produk yang memang sedang kita butuhkan, ya kan? Apalagi kalau bisa dibeli dengan harga diskon. Pasti hati rasa senang dan bahagia. Harbolnas sebentar lagi, tetap bijaksana dalam berbelanja, ya.
Happy shopping, traveling, and investing!
The Happier Me,
Melina Sekarsari
14 comments
Keren itu slogannya. Shopping is okay. Traveling is okay. Investing is a must. Sy gak pernah traveling bu. Belanja juga jarang selain kebutuhan rumah tangga. Tapi belum bs kumpul duit juga. Hehehe.
Berarti investasi waktu bersama keluarga ya yang lebih banyak. Bismillah, sedikit-sedikit lama-lama menjadi gunung emas. Aamiin.
Saya malah ngga tau harbolnas itu apaan. Kudet banget ya. Emak kismin mah begini ini. Ngga papa lah, gak ada jatah buat beli-beli juga.
Apa? Emak kinyis-kinyis? Awet muda berarti, yaaa? Hihihi … Semangat, Mbak!
Ku sampai saat ini masih harus dan terus belajar tentang jenis investasi yang cocok untuk saya dan suami hehe. Lagi nyiapin dana darurat dulu, abis itu baru deh mau cobain investasi yang serius hehe
Yes, memang jangan buru-buru, Teh. Cari ilmu yang valid dari sumber terpercaya itu penting banget.
Aku termasuk golongan yg masih takut brinvestasi karena minim pengetahuan mba.. kapan-kapan berguru sama dirimu yaa
Ayoklah nanti kalau ketemu kita ngobrol bareng, yaaa …
Bener sih mbak. Banyak investasi sebenarnya ya. Tp biasanya kembali ke selera, brp besar modal dan tingkat pemahaman thd investasi tsb . ?
Pengetahuan mengenai ini penting banget ya supaya nggak terjebak.
hmm, aku belom intip harbolnas..kayaknya memang enggak beli apa-apa, karena niat akhir tahun mudik jenguk ortu dulu
Memprioritaskan yang seharusnya diprioritaskan ya, Mbak. Mantap ini.
Belanja seperlunya bahkan saat harbolnas sekalipun. Cuma ya memang, diskon itu angka yang menggoda ya kak
Betul banget. Mesti kuat iman, yaaa … Hahaha …