Terlahir bukan sebagai anak orang berada, dulu saya mesti berpikir keras kalau ingin membeli sesuatu harus melakukan apa. Uang saku terbatas, tapi saya suka banget punya pensil warna-warni yang lucu-lucu. Sebatas itu aja sih keinginan saya waktu itu. Sederhana banget, ya? Tapi pernah juga ding kepengen punya mainan. Waktu itu, saya diajak ke rumah temannya kakak yang baru pindah ke kota kami. Anak Jakarta, rumahnya besar, mainannya banyak, dan saya terkesima dengan permainan bernama monopoli. Jualan kacang pedas ke teman-teman di sekolah, akhirnya saya bisa membeli mainan itu, hehehe …
Jadi, kalau sekarang melihat anak yang gigih berusaha tanpa menggantungkan semuanya pada orangtua, film masa kecil serasa diputar ulang di kedua mata.
Aku Ingin Ibu Pulang
Seperti sebuah film tahun 2016 yang baru saya tonton dengan judul Aku Ingin Ibu Pulang. Dikisahkan seorang anak bernama Djempol Budiman, yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Dia tinggal Bersama kedua orangtuanya di sebuah rumah mungil di pemukiman padat penduduk di Jakarta. Djempol anak yang pintar. Jarak antara rumah dengan sekolah jauh sedangkan dia tidak dibekali uang saku. Setiap harinya, Djempol berangkat sekolah dengan berlari kencang karena khawatir terlambat.
Suatu hari, Djempol pulang dengan wajah berbinar. Di tangannya, tergenggam sebuah amplop berisi beberapa lembar uang. Benaknya sudah dipenuhi impian jalan-jalan keliling Jakarta bersama kedua orangtuanya. Djempol sangat ingin menyaksikan pemandangan Jakarta dari puncak Tugu Monas.
Setibanya di rumah, bapaknya tengah terbaring sambal meringis kesakitan. Kakinya terluka. Ternyata, bapaknya terjatuh dari lantai dua sebuah rumah besar saat tengah bekerja. Bagus, bapak Djempol, bekerja sebagai kuli bangunan. Mandor yang mengawasi proyek pembangunan rumah tersebut tidak membawa Bagus ke rumah sakit, malah membawanya pulang ke rumah tanpa diobati.
Satri, ibu Djempol, berinisiatif memanggil tukang pijat untuk mengobati suaminya. Dia berpikir bahwa Bagus mengalami keseleo.

Hari demi hari berganti, kaki Bagus belum dapat digerakkan. Padahal, tukang pijat sudah dua kali datang. Satri membutuhkan waktu lebih banyak untuk mengurus suaminya termasuk memapah suaminya saat buang hajat di toilet umum. Akibatnya, dia sering terlambat tiba di tempat kerja. Satri bahkan sudah diultimatum oleh pemilik toko tempat bekerja, bahwa bulan depan Satri tidak bisa gajian karena uang gajinya habis dipotong akibat terlalu sering terlambat.
Sementara itu, Djempol terus mendesak bapaknya agar segera sembuh supaya mereka bertiga bisa pergi jalan-jalan.
Luka di kaki Bagus semakin serius. Satri sangat mengkhawatirkan keadaan suaminya. Atas seijin Djempol, dia berniat membawa suaminya ke rumah sakit dengan menggunakan uang beasiswa Djempol. Tetapi Bagus menolak. Dia bersikeras bahwa pada waktunya nanti dia akan sembuh. Uang yang Bagus peroleh sebagai juara kelas dimintanya agar disimpan untuk keperluan sekolah Bagus saat liburan sekolah nanti usai.
Satri kecewa. Dia sedih melihat keadaan suaminya, sedih melihat Djempol yang setiap hari menanyakan kapan mereka pergi jalan-jalan, dan rasa cemas yang begitu besar memikirkan keuangan mereka ke depannya.
Keadaan ekonomi yang mendesak, membuat Satri terpaksa mencuri di toko. Sekali lagi, dia mengajak Bagus untuk berobat. Dia mengaku meminjam uang pada mandor suaminya. Lagi-lagi Bagus menolak. Dia malah emosi karena Satri berani meminjam uang pada mandor yang terkenal sombong itu. Kecewa, Satri berniat mengembalikan uang yang dicurinya. Malang, niatnya mengembalikan uang curian malah membuat pemilik toko tahu bahwa Satri mencuri. Satri dipecat saat itu juga.
Bagus marah mengetahui Satri dipecat karena mencuri. Dia malu karena Satri tidak bisa menjaga harga dirinya sebagai istri dan ibu. Pertengkaran mereka tidak bisa dihindari lagi. Bagus mengusir Satri dari rumah.
Kepergian Satri meninggalkan penyesalan pada diri Bagus dan kerinduan pada diri Djempol. Tidak ada tulang punggung di keluarga, Djempol tampil sebagai pahlawan cilik. Kemampuannya berlari cepat membuat mereka berdua bisa bertahan hidup. Bayang-bayang jalan-jalan keliling Jakarta perlahan terhapus dari benak Djempol. Di kedua matanya, hanya merindukan bapaknya kembali sembuh dan ibunya kembali pulang.
Pesan dari Sebuah Film
Saya sampai dua kali menonton film ini. Anak-anak saya pun ikut menonton. Banyak pelajaran penting yang bisa diambil dari film yang disutradarai oleh Monty Tiwa ini.
1. Kesabaran
Kesabaran keluarga ini memang benar-benar diuji. Bagus sebagai kepala keluarga yang baru sebulan bekerja sebagai kuli bangunan, Satri yang menjaga toko obat tradisional dengan gaji yang setiap bulannya dipotong karena suaminya lama tidak bekerja, dan Djempol yang pintar namun tidak tahu kemana masa depan akan membawanya. Jangankan melanjutkan sekolah sampai ke jenjang tertinggi, setiap hari saja Djempol harus berlari kencang ke sekolah karena uang sakunya hanya seadanya.
2. Ketulusan
Film ini menggambarkan ketulusan hati tokoh-tokohnya. Hidup dalam kesederhanaan, Satri sangat mencintai suami dan putranya. Kondisi suaminya yang lama tidak bekerja, membuat Satri rela harus berkorban lebih banyak. Saat suaminya sakit pun, Satri tidak pernah meninggalkan.
Padahal berulangkali dia sudah diberi peringatan bahwa dia tidak boleh terlambat lagi.
Lalu Bagus yang tidak ingin menyusahkan istri dan anaknya sehingga menolak pergi ke rumah sakit. Mereka tidak punya uang. Istrinya sudah banyak berkorban demi keluarga kecil mereka. Tidak seharusnya seorang istri bekerja di luar rumah sedemikian kerasnya demi menghidupi suami dan anaknya.
Bagus juga tidak ingin menggunakan uang beasiswa Djempol. Baginya, uang beasiswa itu merupakan hak putranya. Djempol sudah belajar dengan keras sehingga memperoleh nilai tertinggi.
3. Kekuatan Tekad
Djempol sudah lama sekali membayangkan jalan-jalan keliling Jakarta. Menantikan bapaknya yang tak kunjung sembuh dan tidak ada uang untuk berobat, bersama sahabatnya, Djempol bekerja sebagai badut yang berjoget di lampu merah. Dia menahan panasnya sinar matahari dari balik kostum badut yang tebal. Dia kesal tapi berusaha menerima saat hanya memperoleh bayaran sebesar Rp 13 ribu saja. Tiga ribu rupiah dia berikan pada Tiwi, sahabatnya, dan selembar sepuluh ribuan diberikan kepada ibunya.
Satri gembira, sedih, dan terharu. Dia bertekad akan terus menyekolahkan Djempol ke jenjang tertinggi.
4. Realistis
Jika kesabaran, ketulusan dan kekuatan tekad mampu menyatukan sebuah keluarga sesulit apapun masalah yang dihadapi, nyatanya mereka kemudian terpecah karena satu alasan.
Kuncinya berada di tangan Bagus sebagai kepala keluarga. Kesabaran saja tanpa melakukan usaha maka akan sia-sia. Dengan berdalih bahwa dirinya baik-baik saja, akan segera sembuh dan mereka bertiga bisa pergi jalan-jalan, Bagus mendustai dirinya sendiri. Dia tidak realistis dalam menghadapi masalahnya. Luka di kakinya yang tidak kunjung sembuh dan tubuhnya yang terus melemah, seharusnya menjadi pertanda kuat bahwa dia membutuhkan pertolongan tim medis.
Ketidakrealistisan Bagus dalam menghadapi sakitnya, seolah membutakan mata dan hatinya juga saat dia tidak bisa menerima bahwa Satri telah mencuri. Mencuri meskipun dengan alasan terpaksa memang tidak bisa dibenarkan. Tapi jika Bagus realistis, dia tetap akan menerima dan memaafkan kesalahan Satri sama seperti Satri menerima dirinya yang tengah sakit berkepanjangan.

Sebesar apapun masalah yang dihadapi, kesabaran, ketulusan, dan kekuatan tekad mutlak diperlukan. Tapi jangan lupa untuk tetap bersikap realistis. Menerima kenyataan dan menyadari bahwa diri ini sedang dalam kondisi yang tidak mudah. Sikap ini akan membuat kita bisa berpikir dengan lebih tenang dan rasional dalam memutuskan jalan keluar yang akan ditempuh. Pasrah tanpa melakukan apa-apa, sudah pasti tidak akan ada gunanya.
Aku Ingin Ibu Pulang memang film lama. Tapi saya beruntung diberi kesempatan menontonnya.
Salam,

melinase
Hai, Saya Melina. Mom of two kids, living within good books and extraordinary people. Terima kasih sudah berkunjung. Untuk kontak personal, silakan mengirimkan email ke melinanesia@gmail.com.
124 comments
“Tiga ribu rupiah dia berikan pada dan selembar sepuluh ribuan diberikan kepada ibunya.”
3000 rupiah diberikan kepada siapa mbak?
Kepada Tiwi, sahabatnya, Mbak.
Resensinya sukses membuat saya meneteskan air mata mba . gimana kalau nonton langsung nih ..
Film tentang kehidupan yang sarat makna. Membuat sy bercermin, kadang sudah down dengan ujian yang ternyata belum ada apa2nya dibanding orang lain.
Iya, filmnya sedih memang.
Suka nontonnya karena pesan kehidupannya tuh dapat banget.
Sedih beneran baca ulasan filmnya kak me…
Kalo nonton langsung pasti aku udah meraung raung karena bakalan baper banget itu..
Iyaaa. Satri serba salah, yaaa, huhuhu …
film bagus saya jd penasaran mau nyari…, realistis juga krn banyak keluarga yang berada diposisi seperti satri dan bagus, kesulitan ekonomi, punya anak cerdas tp masa dpn belum pasti, bakat tersia2kan krn keadaan, ada yang mampu bangkit perlahan dan sukses, ada yang justru jatuh semakin terpuruk…sarat makna
Nonton di internet aja, Mbak, hahaha …
Semoga Djempol-Djempol di luar sana punya tekad yang kuat juga seperti bocah pelari ini.
Nonton di internet aja, Mbak, hahaha …
Semoga Djempol-Djempol di luar sana nasibnya jauh lebih beruntung.
Jenis film yang bakalan bikin aku sesegukan pas nontonnya ini mah. Baca ceritanya di sini kaya ikut teriris gitu. Sedih banget
Pahit banget ya kehidupan keluarganya mereka.
Baca review filmnya saja sudah sedih ya kak. Terkadang kemiskinan itu memang banyak jadi sumber masalah. Justru itulah banyak diangkat jadi cerita film.
Menurut aku film yang bagus itu yang bisa membawa suatu pesan buat penontonnya. Semoga kita bisa lebih bersyukur ya karena lebih beruntung.
Bener, Mbak. Ini bagus filmnya. Menghiburnya iya, pesan kehidupannya juga iya.
Dari resensi kakak, filmnya bagus tapi kok aku nggak pernah denger film ini ya?
Ini film lama, Mbak. Tahun 2016 gitu. Aku pun baru banget nonton di IFlix, hehehe …
Banyak pesan moral yang terkandung di dalam nya.
Jadi penasaran pengen nonton juga,apalagi sekarang libur anak sekolah.
Waktu yang tepat untuk ditonton bersama keluarga,terutama keponakan-keponakan saya.
Agar mereka memahami arti kehidupan
Iya, Mbak. Monggo ya, ajak anak-anak nonton bareng.
Kayaknya kalo aku yang nonton, nggak kuat, nangis teruuss huhu
Aku pun sambil terisak nontonnya, huhuhu …
Nama anakny lucu y Mb, Djempol, so antimainstream hehe
Btw, film2 ttentang ketidaknyamanan idup kek gini cocok bwt anak2 muda biar daya juangny tinggi
Jd pengin liat n penasaran endingny gimana
Kan biar jadi anaknya yang jempolan, huehehehe …
Yuk, ajak teman-temannya nonton juga, yaaa …
Namanya sangat unik. Djempol, apalagi pakai ejaan lama ya, Mbak Melina.
Saya jujur, lolos dari film ini, dan saya malah baru tau dari ulasan Mbak Melina ini. Soalnya di sini sudah tidak ada bioskop hehehe.
Tapi dari ulasannya, ini film yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan memang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Makanya pesannya sangat dapat.
Jadi penasaran dengan film ini. Nanti akan saya cari di internet.
Kalau nggak iseng jalan-jalan ke dunia maya, aku pun nggak akan tahu kalau ada film ini, Mas. Yuk, ajak anak-anaknya nonton juga, yaaa …
Sedih banget pas baca bagian, Satri/istrinya di usir, hiksss. Kenapa sampai diusir ya pdhl toh si suami juga belum sembuh ya. Hehehe.
Bagus filmnya ya kak, benar2 realita banget. Jadi bisa diliat itu si anak (Djempol) dalam berjuang hidup bersama ibu nya
Bagus nggak realistis menghadapi hidup, sih. Aku gemes sama dia. Bukan dalam rangka mendukung Satri mencuri, sih. Tapi seharusnya Bagus bisa mengerti kalau Satri dalam kondisi terdesak.
Aku baru tahu ada film ini lho huhu nyesel ga nonton padahal pelajaran yang didapat banyak ya.
Yuk cari di internet Mbak, hehehe …
Bagus nih film-film seperti ini,, movie family. Gak semata menjual hedonisme, khayalan n impiah jd kaya dlm sekejap wkwk. Nice review Mbak Melina…
Iya, ya. Biarkan kita terhibur dan teredukasi lewat film.
Jadi penasaran and mau baca langsung bukunya. Makasih infonya ya
Ini film ya, Mbak, bukan buku.
Baru baca resensi filmnya aja aku udah mengharu-biru. Bisa dipastikan ketika beneran nonton di bioskop ntar mewek deh 🙁 Hidup memamng mesti dilalui dengan kesabaran dan tawakkal ya mbak. Bagusnya nonton bareng anak2, suami jadi biar tau perjuangan yang penuh semangat tersebut. TFS.
Nonton di rumah pun aku menangis Mbak, huhuhu …
Cerita pengantar di awal artikel ini mengingatkan pada kondisi saya juga Mbak. Saya dan adik sekolah sampai pindah pindah karena kendala ekonomi keluarga. Lulus sekolah saya langsung kerja jadi TKW, buat gajinya langsung gede. Secara kerja di kota kota, gaji habis buat makan dan sewa kost saja.
Film ini jadi pelajaran sekaligus mengenang masa lalu kita ya…
MasyaAllah … Tapi banyak pelajaran berharga ya dari masa lalu keras kita, Mbak.
MasyaAllah … Tapi banyak pelajaran berharga dari pernah menjadi orang susah, ya.
Menahan nafas saya bacanya.
Perjuangan yg luar biasa dari seorang anak bernama Djempol karena keadaan keluarganya.
Saya bisa merasakan karena saya juga bukan dr keluarga berada. Ga pernah tahu ada film bagus begini.
Iya, dulu pun rasanya nggak terdengar gaungnya ya di bioskop.
Jadi inget Sayekti dan Hanafi, kisah perjuangan Wong cilik yang sukses divisualisasikan karena acting para pemainnya
Nah, bener tuh. Aku hampir lupa pernah ada Sayekti dan Hanafi.
Duh, kalo nonton pilem ini, pasti aku mewek kejer mbaaa
Pedih bangeettt ya takdir hidup yg Djempol alami
Iyaaa, apalagi kalau nonton sampai akhir. Syediiih …
menguras emosi ceritanya, perjuangan hidup yg luar biasa. Keren resensinya Mba
Makasih, Bun. Kita perlu belajar dari film juga.
Aku pernah nonton film ini, banyak nilai kehidupan yg layak dipetik. Apalagi kesabaran, hmm susah untuk mengamalkannya tapi ya namanya juga manusia harus bersabar
Betul, Mbak. Sabar itu tiada berbatas. Meskipun menjalaninya nggak semudah mengucapkannya, ya.
Saya malah baru tahu ada film ini padahal filmnya sudah lama ya. Baca ulasannya sepertinya filmnya menarik apalagi banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film Aku Ingin Ibu Pulang ini.
Ini juga hasil iseng jalan-jalan di dunia maya, Mbak. Belum pernah tahu juga sebelumnya, hihihi …
Baru baca reviewnya aja aku udah sedih.
Gimana klo ntn film nya, pasti mewek sesenggukan
Jangan lupa bawa sapu tangan ya, Mbak …
Endingnya bagaimana nih Mbak. Sedih baca review filmnya. Sarat hikmah, kesabaran, ketulusan juga kejujuran yang patut terus dijaga dalam menjalani kehidupan ini.
Endingnya nonton aja, ya. Nggak seru kalau diceritain semua biarpun sudah film lama, hahaha …
Sepertinya ini film banyak menguras air mata.
Sayangnya saya sdh dilarang dokter nonton yg menguras emosi hiks…
Pdhal saya menikmati kesedihan krn film..
Wah, iyakah Mbak? Semoga senantiasa sehat ya, Mbak …
haduh kok cerita hidup kita mirip yak tapi selalu saya syukuri hidup yang keras membuat kita tanguh dan kreatif.Semoga istri yang sedang dalam dilema seperti Satri dan suami yang sedang sakit seperti Bagus diberi kemudahan oleh Tuhan.amin
Banyak ya Kak, yang punya pengalaman serupa. Tapi jadi bermental baja, InsyaAllah.
memang realistis menjadi penting di kedepankan ya mba di zaman sekarang. ah jadi pengen nonton. bakal banjir aer mata nih keknya.
Hayuuu ditonton yaaa. Siapin sapu tangan juga, hihihi …
Dari awal baca tulisan ini aku merasa haru dan setelah beberapa paragraf kok jadi sedih yac…, ngena banget kak tulisannya pada pembaca seperti akuhhh
Kamu jangan sedih-sedih, dong. Sini aku traktir kopi, hahaha …
Ya Allah, baru baca review-nya di sini saya sudah mewek saja. Bagaimana kalau nonton langsung ya? Hiks.
Semoga filmnya happy ending buat keluarga Bagus, Satri, dan Djempol.
InsyaAllah, ya. Penonton doain aja, hahaha …
Sayang sekali aku belum berkesempatan nonton film ini. Aku penasaran, apa ini film pendek?
Bukan, Mbak. Ini film bioskop tahun 2016. Durasi normal lah sewajarnya di bioskop.
Lihat posternya sempat penasaran kok film ini gak masuk bioskop yaa? Soalnya lihat jadwal di XXI gak pernah lihat film ini. Padahal kan pas banget tuh dengan momen Hari Ibu. Eh ternyata emang film lama y kak, 2016.. gak lama lama amat sih. Jadi penasaran juga euy pengen nonton.
Iya, film lama yang terlewat banget nggak ditonton, ihiks.
Saya belum nonton, dan baru ini baca judulnya.. ya ampun, kemana aja selama ini ? jelas dari yg saya baca diatas film ini bagus banget dan syarat akan pesan moral.. harus segera nonton nih, terima kasih mbak sudah share ?❤️
Iya, Mbak. Sama-sama, yaaa …
Saya belum nonton filmnya cuma baca di sini aja ikut sedih banget mbak sama alur ceritanya. Apalagi liat foto Djempol lari sambil kalungam foto Ibu. Jadi penasaran sama endingnya.
Iya Mbak, saking rindunya tuh dia sama ibunya.
Bagus ya filmnya. Sangat menyentuh. Baca tulisan ini jadi ikut baper. Jenis film yang saya suka juga.
Kadang saya berfikir, apa film seperti ini juga ditonton dan disukai orang-orang kaya, atau hanya kalangan orang yang berangkat dari ekonomi bawah seperti saya ini.
Ah, kok baper sensiri. Kan sebenarnya saya suka semua film ^o^
Mestinya ditonton semua kalangan ya, Mbak, memberi pelajaran positif bagi siapapun tentang realitas di sekitar kita.
Merinding, bacanya.
Film ini mengajarkan banyak sekali hal baik pada anak-anak, dan juga orangtua. Satri tak sepenuhnya salah. Bagus juga punya andil besar, karena tinggi hati.
Kok malah gitu, ya, kesimpulanku.
Ah, harus tonton film ini bareng anak-anak, nih, agar tidak salah memahami cerita.
Iya, di sini aku sebel sama tokoh Bagus. Terlalu gengsi. Padahal kan kalau dia sehat lagi, bisa bekerja lagi, bisa menafkahi keluarga lagi, ya.
Wah, saya juga belum nonton nih. Seertinya akan nangis bombay saat nonton kalau dari resensinya.
Selesai nonton, mata pun bengkak, hahaha …
Filmnya bikin mewek pasti nih mba.
Btw, aku kok kesel sama bapaknya Jempol. Padahal kalau berobat dia bisa bekerja lagi dengan cepat. Bisa segera nafkahi keluarganya lagi.
Aku juga sebel. Dia kasihan sama keluarganya, tapi sebenarnya jadi tega juga, ya. Egois. Gengsinya tinggi banget.
Filmnya bagus sekali dapat memicu anak dan orang tua untuk lebih sabar lagi. Penasaran nih … Sama endingnya
Iya, Mbak. Baguuusss …
Kok saya jadi pengen nonton filmnya juga ya? Bagus ceritanya mbak. Beruntung saya dan anak2 masih diberi rejeki lebih untuk pendidikan dan tidak harus melalui cerita seperti Djempol.
Alhamdulillah ya, Mbak. Apa yang kita miliki saat ini terasa jadi mewaaah banget dibandingkan Djempol.
Aku udah nonton film ini mba, udah lama yah, aku pun waktu itu nontonnya di layar televisi, ampe nangis, sedih tapi bagus banget . Banyak pesan moralnya
Sedih ya, Mbak. Tapi aku suka tuh sama bentuk persahabatannya Tiwi dan Djempol. Seruuu … Khas anak-anak banget.
Kok kayaknya aku kelewatan nonton film ini ya. Dan perasaan baru dengar gitu, tapi lihat para pemainnya film ini enggak main-main secara ada Nirina Zubir dan Rifnu Wikana.
Tapi baca review ini langsung ubek ubek youtube, penasaran sama filmnya he..he…
Soal keinginan masa kecil, keinginan yang terkesan sepele jadi kenangan di saat udah gede kayak sekarang.
Dulu rasanya nggak booming ya, Mas. Kalau nggak iseng jalan-jalan di Iflix pun aku nggak akan tahu. Iyaaa, pemainnya mah sudah terasah kemampuan aktingnya.
Kok sepertinya sekilas pernah nonton film ini ya? Udah ada di TV kan ya?
Nonton film ini kyk miris gtu krn disadarkan ttg kemiskinan dan mungkin jg terinspirasi dari kehidupan yang sebenarnya 🙁
Gemes sama tokoh si bapakyg keras kepala ya.
Aku nonton di IFlix sih, Mbak, belum pernah nonton di TV malah. Iya, tuh kan pada gemes sama bapaknya Djempol.
Iyaa gemes sama bapaknya. Tapi emang serba salah sih ya…
Eh mungkin juga aku nonton di Iflix entahlah ku lupa mbak haha. Btw itu keluarganya gak kenal BPJS ya hehe.
Sepertinya sih nggak ikutan BPJS ya, hehehe … Gimana bayarnya? Bapaknya Djempol aja kan baru sebulan kerja setelah lama menganggur. Tapi sekarang mungkin udah daftar kali ya, hihihi …
wah film yang menginpirasi banget nih.. aku belum pernah nonton tapinya…huhuhu… Coba ah ntar kalo ada waktu aku nonton…
Iya, Mbak. Kapan-kapan nonton, yaaa …
Baca Reviewnya aja terharu. Ya ampun, suka mimbik-mimbik sendiri kalau baca resensi atau nonton film drama yang mengkaitkan dengan ibu
Mimbik-mimbik itu opo, Mbak? Mewek-mewek gitu, ya? Hahaha …
Aku terbawa haru mbak, masya Allah….
jadi penasaran gimana nih endingnyaaa… mbak, aku pengen nonton, dimana nontonnya??
Aku nemu ini di Iflix, Mbak. Atau, googling deh siapa tahu Youtube ada gitu, hihihi …
Banyak pelajaran yang bisa di petik dari film ini ya kak..
Sangat menginspirasi sekali
Banget. Sangat menginspirasi.
hmm film yang sarat dengan motivasi dan contoh sebab akibat ya mbak, menarik
Betul banget, Mbak.
Mbak, resensinya bikin aku mewek niih. ? Perjuangan yang berat dan memang menggambarkan kondisi saat ini ya mbak.
Pastinya banyak anak-anak seperti Djempol ya di luar sana. Semoga mereka diberikan jalan oleh Allah untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Sungguh film yang sangaz menginspirasi. Sempat menonton bersama keluarga dan sungguh film ini berhasil membuat kami termenung cukup lama. Kenyataannya berpasrah tanpa ikhtiar tidaklah berarti apa2
Sabar boleh, tapi pasrah begitu saja juga nggak ada artinya ya, Mbak.
Aq baru dengar film ini. Pernah tayang bioskop kah, jalan cerita nya ,banyak pesan yg bs d ambil d film ini. Terharu aq baca nya mba ..
Iya, Mbak. Ini film bioskop tahun 2016 gitu.
Sungguh film yang sangat menginspirasi yaa. Jadi kepengen nonton filmnya juga 🙂
Hayuk, Mbak …
Wah, saya jadi ingin menintin filmini, Mba. Bagus banget, penuh pembelajaran.
Sependapat dengan opinimu, Mba, bahwa sikap realistis adalah sebuah sikap yang harus dimiliki oleh setiap pribadi, agar mampu melangkah dalm menjalani kehidupan dan menggapai impian.
Banyak yang kelewat nonton di bioksop seperti aku juga ya ternyata, hihihi …
Film yang sarat pesan moral ya mbak, sedih juga ngebayangin mereka yang berjuang susah payah di luar sana bahkan untuk sekedar mau berobat
Iya, Mbak. Menghibur banget dengan gaya khas anak-anaknya Djempol. Tapi banyak mencucurkan air mata juga.
Film tentang kehiduoan yang sarat akan makna, jadi merebes mili bacanya
Siapkan tisu atau sapu tangan ya saat nonton film ini.
Dan mata saya jadi berkaca-kaca membaca tulisan ini. Membayangkan perjuangan seorang Djempol, dan keluarganya. Jadi pengen nonton filmnya. Cari di yutup ah…. dan siapin tissue.
Ayo cari, Teh. Beneran baguusss …
Bener banget, kuncinya ada di Bagus. Harusnya dia lebih bijak melihat segala sesuatu. Bukannya malah marah2 sampai ngusir Satri. Lagi2 yang kecewa anak2 kan. Lah jadi marah marah sendiri hehehe
Hahaha, aku pun gemes kepengen mentung Bagus, hahaha …
Saya berkaca-kaca baca tulisan mbak. Ujian ekonomi memang ujian yang paling berat dalam kehidupan.
Apalagi waktu baca Djempol dapat uang 13ribu, semuanya dikasih ke ibu dan sahabatnya, dia sendiri nggak dapat apa-apa. Terasa banget perihnya…
Semoga Allah selalu memberi kesabaran untuk mereka yg sedang berjuang di luar sana.
Djempol anak hebat, Mbak. Film-film seperti ini yang aku sayangkan banget kok ya dulu nggak heboh ya gaungnya. Padahal ini sangat bagus untuk pelajaran sosial kepada anak-anak kita.
Daku kalau nonton film ini, belum pernah yang utuh. Pernah cuma di awal nggak tahu kelanjutannya. Malah pernah juga cuma dapat akhirnya aja
Lho, kok bisa? Potongan-potongan di YouTube gitu kah?
Bagus banget isi film ini banyak makna Kehidupan yang diambil,rekomended deh dan siap siap tisu untuk nonton film ini
Iyaaa, aku pun terisak gitu, Mbak huhuhu …