Sewaktu melakukan perjalanan ke Jatinangor, Sumedang, beberapa waktu lalu, ada pemandangan yang menarik buat saya. Apalagi kalau bukan jajaran rumah kost yang seketika melemparkan saya pada kenangan pernah menjadi mahasiswi sekaligus anak kost juga. Rasa-rasanya kurang afdhol kalau kuliah tanpa ngekost.
Biar saya ceritakan dulu seperti apa rumah kost kami saat itu. Ini adalah sebuah bangunan berlantai tiga. Melalui jalanan sempit untuk bisa mencapai pagarnya. Saking sempitnya, cuma bisa dilalui satu sepeda motor saja. Pagar rumahnya tinggi sekali sampai ke atap. Mirip rumah tahanan. Lantai satu dihuni oleh beliau dan putranya. Di sampingnya, ada tangga menuju lantai dua. Tangga tersebut lebih mirip lorong gelap di malam hari. Makanya, kami semua adalah anak-anak manis yang nggak suka keluyuran malam. Lha gimana mau keluar, lewat tangga ke bawah saja sudah takut, wkwkwk …
Lantai dua dijadikan tempat kost dengan lima kamar tidur, dua kamar mandi, dan satu area luas di tengah-tengah sebagai … anggap saja ruang keluarga, ya. Lantai kami tipis sekali. Jadi kalau berjalan mesti pelan-pelan apalagi sampai lari. Bisa teriak deh tuh, ibu kost dari lantai bawah.
“Woy! Jangan lari-larian. Nanti rumah saya rubuh!” Wkwkwk … Nanti kalian akan tahu betapa premannya beliau ini.
Oiya, ada lubang angin dari dapur beliau yang menembus ke lantai dua. Kecil, bentuknya bujur sangkar. Nanti saya ceritain juga itu buat apa.
Lantai tiga khusus untuk menjemur pakaian kami para penghuni kost. Ibu kost dan putranya menjemur pakaian di mana? Kami nggak tahu dan nggak peduli. Iya, kami memang pernah semasa bodoh itu.
Bukan rumah kost yang mewah, tapi ada banyak kenangan tak terlupakan di sana. Ini dia tujuh (7) di antaranya:
Berhemat Sebaik-Baiknya
Orangtua di Tangerang, kost di Bogor, saya biasa pulang seminggu sekali atau dua minggu sekali. Pulang di Jumat siang atau sore seusai kuliah, lalu kembali ke Bogor di Senin pagi atau Minggu sore. Sudah tentu kembali ke Bogor dengan membawa tentengan. Biasanya sih beras dan lauk pauk. Kalau awal bulan ya sekalian bawa sabun atau pasta gigi. Kan ibu saya sudah belanja bulanan tuh, hahaha …

Saya lebih suka kembali ke Bogor di Senin pagi sehabis Subuh. Buru-buru nggak papalah. Bukan karena masih kangen sama keluarga. Tapi lumayan kan bisa menghemat makan malam di Minggu sore dan sarapan di Senin pagi. Sebegitu berhematnya saya, wkwkwk …
2. Menu 3T
Meskipun banyak yang bilang kalau Indomie itu sahabat setianya anak kost, saya nggak setuju-setuju amat. Buktinya sebagai anak kost, saya nggak sahabatan sama Indomie. Nggak kenyang! Wkwkwk …
Setiap kali membeli lauk di warteg, entah kenapa warteg dekat kost-kostan selalu menyediakan menu serba T. Ada tempe, tahu, terong, tongkol, dan telur. Terkait dengan efisiensi, biasanya saya hanya mengambil 3T saja, yaitu tempe, tahu, dan terong. Tongkol nggak saya pilih karena memang kurang suka. Telur dipilih kalau kondisi dompet sedang berjaya, wkwkwk …
3. Penghuni dan Ibu Kost Bagaikan Tom & Jerry
Sewa kost kami dibayar per tahun jadi nggak ada cerita dikejar-kejar setiap bulan, ya. Tapi, bayar listrik ini yang bikin kami suka kabur lalu hening. Padahal nggak mahal juga. Cuma Rp 15 ribu per orang. Mmmm … Dulu tuh, apa ya yang bikin kami males bayar listrik?
Oiya, karena kami merasa fasilitas perlistrikan di sana nggak memadai. Televisi disediakan tapi suaranya bisa tiba-tiba hilang, lalu tiba-tiba garang. Suka kaget gitu jadinya. Kami hanya bisa menyetrika kalau mesin air dimatikan. Satu lagi, air lebih sering mati daripada menyala.

Maka, saat awal bulan tiba, lalu langkah kaki beliau berderap menaiki tangga, kami buru-buru lari masuk ke dalam kamar. Semua kamar dikunci, tirai ditutup rapat-rapat. Semuanya hening. Sejak naik tangga, beliau sudah akan teriak, “Woy, anak-anak! Bayar listrik! Jangan pura-pura sembunyi!”
Biasanya, beliau lumayan lama mondar-mandir di lantai kami. Sambil memanggil, sambil mengomentari lantai, meja, air, apa saja. Mungkin memancing kami buat keluar, wkwkwk … Lalu biasanya beliau akan mendekati pintu satu persatu. Langkah kaki penagih utangnya memang langsung sampai ke jantung kami. Kalau sudah begitu, menahan napas, deh.
Kalau sudah kelamaan, mungkin pegel juga, beliau turun lagi. Sambil ngomong begini, sih, “Aneh, tadi perasaan ada orang. Kok jadi sepi?”
Kalau mendengar beliau ngomong begitu, harus berjuang sekuat tenaga supaya nggak kelepasan ketawa. Besok-besoknya sih kami bayar juga. Tapi cerita begini terjadi di setiap bulannya. Senang aja gitu main petak umpet sama beliau, wkwkwk …
4. Menemukan Saudara Senasib Sepenanggungan
Entah bagaimana mulanya, kami para penghuni kost saat itu bisa rukun dan kompak banget untuk beberapa hal. Salah satunya ya soal melarikan dari tagihan listrik itu. Satu nggak punya uang, yang lain membantu. Bisa mentraktir makan, sedekah shampoo, sabun, pasta gigi, sampai cemilan.

Begitu juga saat ada yang sakit. Semua saling bantu-membantu mulai dari membuatkan bubur, teh manis hangat, menawarkan tato koin alias kerokan. Tapi jangan harap ada yang menawarkan diri mengantarkan ke dokter karena kami semua sama-sama anak kost yang isi dompetnya pas-pasan. Miskinnya aja kompakan, wkwkwk …
5. Bersaing dengan Sesama Penghuni Kost
Biarpun kami telah menemukan saudara senasib sepenanggungan, ada saatnya kami juga bersaing. Ini bukan main-main. Persaingan yang sungguh ketat. Saya biasa mencuri start dalam memenangkan pertarungan dalam keseharian kami.

Caranya nggak susah. Cukup bangun paling pagi. Mandi, mencuci, menjemur, dan menyetrika pakaian lebih awal daripada yang lain. Semuanya selesai saat penghuni kost lainnya belum bangun. Biasanya satu persatu bangun saat pakaian yang saya setrika sudah bertumpuk rapi. Saya bisa tersenyum lebar setelahnya.
Biasanya nih ya, di saat itu aliran air sudah mengalir kecil banget. Penghuni kost lain saling berebutan deh siapa yang mandi duluan. Masa kuliah nggak mandi. Saya juga memperoleh tempat strategis dengan menjemur lebih awal. Bisa pilih lokasi mana yang didatangi matahari lebih dulu. Otomatis jemuran saya lebih cepat kering juga. Begitu juga soal setrika, kalau sudah agak terang nih, berebutan listrik sama ibu kost di bawah sana.
Kalau sudah begitu, saya biasanya nyengir sambil bilang, “Makanya, bangun pagi, dong …”
6. Balada Telepon
Percaya atau nggak, nggak ada satu pun dari kami yang punya telepon genggam. Sebegitu memprihatinkannya memang kehidupan kami. Tapi nggak masalah, nggak jauh dari rumah kost ada wartel 3 KBU yang bisa kami pergunakan kalau mau menghubungi keluarga atau teman. Sayangnya nih ya, jiwa usil kami tuh sering banget muncul. Alih-alih mengeluarkan uang buat biaya pakai wartel, kami lebih memilih diam di rumah kost tapi bisa santai ngobrol ngalor ngidul secara gratis. Kok bisa?

Jadi, ibu kost memang menyediakan pesawat telepon di lantai dua. Pesawat telepon tanpa tombol angka gitu, lho. Jadi memang disediakan untuk menerima panggilan saja. Dasar kreatifnya kami, dengan leluasa kami bisa menghubungi nomor siapapun dengan suka ria. Caranya gampang, tinggal tekan itu lho bagian untuk memutus panggilan yang menempel dengan gagang telepon bagian telinga. Tekan cepat sebanyak angka yang diinginkan. Misalnya mau menekan 0812, tinggal tekan cepat delapan kali, jeda, tekan cepat 1 kali, jeda, tekan cepat dua kali, jeda.
Waktu itu saya lupa deh, di episode kriminalitas kami yang ini, ibu kost sadar atau nggak. Soalnya nggak pernah protes juga gitu soal tagihan telepon.
7. Ibu Kost Super Epic!
Dulu ya, sebelum jadi anak kost itu suka membayangkan ibu kost yang berisik, suka judes kalau penghuni kost telat bayar sewa, tapi baik hati dan bisa berperan layaknya ibu sendiri. Kenyataannya, bayangan itu menjadi nyata.
Ibu kost di masa itu super berisik. Suka ngomel, kalau ketawa suaranya membahana, dan suka karaokean di rumah. Kalau beliau sedang ketawa atau nyanyi-nyanyi, saya susah konsentrasi saat belajar. Cara berjalan dan suara beliau itu laki banget. Kalau ketemu di jalan, dari kejauhan, sudah ketahuan deh kalau itu ibu kost kami. Sebagai penghuni kost, seharusnya kami aman karena dijaga oleh sosok beliau yang sangar.

Tapi nggak gitu juga. Kami malah ngeri karena teman-teman beliau tuh laki-laki semua. Suka kumpul bareng lalu duduk di teras beliau. Mereka itu orang-orang yang suka bantu ibu kost mengangkat batu di sungai. Ibu kost memang punya bisnis jualan batu. Agak nggak ngerti juga kenapa batu segede itu di sungai diambilin terus dijual.
Ibu kost jago banget bikin keripik singkong pedas. Enak banget rasanya. Dasar penghuni kost pemalas, kalau mau beli, kami teriak dari lubang dapurnya beliau. Kami turunkan ember yang diikat dengan tali lengkap dengan uangnya, nanti beliau masukkan keripik singkong ke dalam ember itu, lalu kami tarik deh talinya. Bagaikan menimba air dari sumur gitu, wkwkwk …
Sayangnya, keahlian tersebut nggak beliau manfaatkan dengan maksimal. Kan beliau bisa tuh menitipkan keripik singkong ke warung-warung sekitar lingkungan kami. Yakin pasti laku keras. Apalagi beliau kan memang nggak ada kerjaan juga.
Sayangnya lagi, waktu senggang beliau itu malah sering dimanfaatkan untuk hal-hal nggak berguna. Tadinya kami semua nggak sadar dengan kebiasaan beliau yang suka teriak dari lubang dapur setiap paginya.
“Woy, anak-anak!” Memang sebegini premannya sih beliau ini. Nggak ada mesra-mesranya.
“Ya, Booo!” Jawaban kami ikutan preman juga jadinya.
“Pada mimpi apa semalem?”
Dengan polosnya, kami akan menjawab apa adanya. Menganggap bahwa itu bagian dari obrolan pagi seorang ibu kost kepada anak-anak kostnya.

Suatu hari, saat sedang turun ke bawah dan melintas di teras, saya melihat beliau tengah memegang buku. Biasa deh, dikelilingi teman-temannya yang semuanya laki-laki itu. Masing-masing dari mereka meletakkan uang di atas meja, lalu mulai memilih angka yang ada di buku tersebut. Setiap gambar ada angkanya. Yang pilihan angkanya benar, berhak membawa pulang semua uang di atas meja.
Oalah, ternyata ibu kost main judi togel. Wah, buru-buru deh saya naik lagi lalu memberitahu teman-teman kost lainnya. Sejak saat itu, di pagi hari saat beliau teriak menanyakan mimpi, jawaban kami jadi beragam. Ada yang bilang mimpi naik helicopter, mimpi kawin, mimpi dikejar anjing, mimpi kecebur sumur, yang semuanya sudah tentu cuma karangan semata.
Kemudian, ada suatu masa saat beliau tiba-tiba sudah berada di lantai dua, lalu bertanya penuh curiga.
“Woy, anak-anak! Mimpi yang kalian bilang kemarin itu, pada bener nggak, sih?” tanyanya sambil berkacak pinggang.
Wkwkwk … Syarat memenangkan judi togel, harus berdasarkan mimpi beneran kali, ya?
*****
Sepreman-premannya ibu kost kami, pada dasarnya beliau sangat baik dan perhatian. Terbukti, saat salah satu dari kami orangtuanya meninggal dunia di kampung halaman, beliau mengantarkan teman kami ini sampai ke kampung halamannya di Sumatera Barat sana.
Tanpa beliau, tulisan tentang kenangan saat menjadi anak kost ini juga nggak akan ada, kan? Pastinya, saya dan semua teman-teman berharap beliau sudah nggak lagi menjadi bandar judi togel. Jadi pengusaha keripik singkong pedas sajalah karena memang enak banget.
Andai nanti diberi rezeki menjadi ibu kost, semoga Allah nggak kirimi saya penghuni bandel macam kami dulu, ya? Hihihi …
Kalau kamu, pernah kost juga, nggak? Apa kenangan tak terlupakan saat menjadi anak kost?
Yuk ah, berbagi cerita di sini …
melinase
Hai, Saya Melina. Mom of two kids, living within good books and extraordinary people. Terima kasih sudah berkunjung. Untuk kontak personal, silakan mengirimkan email ke melinanesia@gmail.com.
123 comments
Hhahaa lucu2 ini. Pokoknya rugi pengalaman deh klo ngga pernah ngerasain jd anak kos…
Iyaaa … Seru, yaaa. Sampai sekarang suka geli sendiri, hihihi …
Kalau aq mengontrak 1 rumah bareng 6 orang teman, ya begitu ada seunya, ada senangnya, ada macam-macam rasa…
Saya dulu ngekos di jatinangor, pernah dimintai tolong pinjam uang sama ibu kos, katanya buat ongkos sekolah anaknya, pernah tinggal di kos an yg listriknya sering njepret, yg terakhir suka minjem stok telor ayam ibu kos yg ditaro dikulkas, he..he..
Wah, ini malah ibu kost yang pinjam uang, ya? Hahaha … Listrik njepret juga kejadian, Mbak. Makanya mesti gantian tuh antara nyalain air atau nyetrika, wkwkwk …
Waah jadi kangen jaman ngekost duku…aku dulu kostnya nggak serumah sama ibu kost…kulkas, gas, telpon jadi tanggung jawab penghuni kost. Yang paling inget adalah kalau pas giliran dapet jatah bayar telpon malu kalau giliran dipanggil soalnya namanya Poniyem wkwkkwk
Hahahaha … Nama pun bisa bikin kita jadi nggak pede, yaaa?
Aduh, aku ketawa-ketawa baca postinganmu ini Mbak. Berasa balik ke masa kost lagi. Hampir semuanya dialami meski tak sama persis. Tapi bener, ibu kost galak karena pembawaannya aja. Aslinya sayang dan perhatian. Apa lagi sama tunggakan listrik dan air. Diperhatiin banget. Ha ha ha. Salam kenal mb Melina ?
Salam kenal kembali, Mbak Deris. Listrik dan air kayaknya memang udah dari sananya ya para anak kost suka nunggak. Padahal yo nggak mahal. Heran aku kenapa kami begitu jahil, wkwkwk …
Ngakak Mbak Melina bacanya. Saya sampai pindah kost 3 kali lho waktu kuliah dulu. Yang terakhir ibu kostnya juga tingga bersebelahan. Malah akhirnya adik tingkatku satu kost nikah sama anaknya ibu kost. Berasa kayak di cerita sinetron aja deh pokoknya. Akan selalu menjadi kenangan indah ya Mbak , masa-masa kost dulu. Sayang ibu kostku yang terakhir sudah meninggal. Jadi gak bisa silaturahmi lagi.
Jiahaha … Ngekost hasilnya pasangan hidup. Mesti tiati kalau nostalgia masa kost, nanti jadi membahas mertua dong, hahaha …
Saya masih ngekos, Mbak…. Alhamdulillah ibu kosa baik suka kirim makanan. Dan memang berasa banget gimana rasanya apalagi kalau di kosan nggak ada dapur, pengen makanan rumah suka sedih kadang hahahaha…
Mohon doanya biar saya segera lulus ngekos 🙂
Nikmatilah masa-masa menjadi anak kost itu. Suka dukanya bakal jadi kenangan sudah tua seperti aku, ehhh dewasa maksudnya, wkwkwk
Aku juga dulu pas masih jaman dikosan juga gitu kak udah lama banget ternyata udah hampir ada kali ya 6taun ga jadi anak kosan lagi..
Aih, Mbak Rara masih muda byangeeet. Aku ngekost udah belasan tahun yang lalu, hahaha …
walau sempat ngekost hanya sebentar saya bisa merasakan seperti apa. kebayang serunya termasuk suka dan dukanya
Iyaaa … Tak terlupakan pokoknya mah …
Hayaaa sukses ngakak bayangin Ibu kostmu, Mbak. Jadi inget Bapak Ibu Kostku baheula, seru pisan. Bisa juga kayaknya jadi tulisan panjang. Tema tulisannya keren nih Mbak Melina, bikin nostalgia??
Iya nih, Mbak, entah kenapa kok aku sedang ingin bernostalgia jaman-jaman kuliah dulu. Ternyata masa kuliah dan ngekostku tuh indah banget, hahaha …
Iya nih, Mbak, entah kenapa kok aku sedang ingin bernostalgia jaman-jaman kuliah dulu. Dibandingkan dengan SD sampai SMA, ternyata masa-masa ini yang paling indah, hahaha …
Ya ampun Mbak, seru amat hihihi.
Yang telepon itu .. duh pernah kulakukan di pesawat telepon Ibu di rumah. Soalnya dulu suka dikunci. Ibu tak membiarkan kami memakainya … astaghfirullah berdosanya ….
Yang no. 5 itu …. pembelajaran besar ya … pada diri Mbak Melina pasti sudah jadi karakter sampai sekarang. Keren. 🙂
Iya, Mbak. Tentu ada perasaan bersalah kalau sudah nggak negkost di sana. Tapi waktu di sana, ya ampuuun … kami tuh bisa cuek aja gitu. MasyaAllah … Semoga tetap rajin bangun pagi-pagi nih, yaaa …
Hahaha ga berhenti ketawa mba baca ceritanya. Lucu dan seru. Jadi berasa nostalgia juga dulu pernah ngekost selama 8 tahun dari SMA, kuliah dan kerja. Seru banget memang jadi anak kost itu. Pengalaman tak terlupakan
Aduh, jangan gitu, Mbak. Nanti orang-orang sekitar curiga lho kalau nggak berhenti ketawa, hahaha …
Wah, SMA udah ngekost, ya? Manteeep … Masih kinyis-kinyis padahal yak.
Wah, jadi membuka memori kembali nih waktu saya kuliah dan kost. Seru banget saat-saat itu yaa… jadi kangen deh pingin mengulang masa-masa itu. Bahkan kami semua saat itu punya kompor sendiri-sendiri untuk memasak agar menghemat uang kiriman dari orangtua
Dulu kami tuh nggak boleh masak, Mbak. Makanya pada beli di warteg. Mungkin khawatir asapnya gitu kali ya karena di lantai dua nggak ada lubang angin, hahaha …
Masha Allah. Ceritanya tu bikin happy banget. Asli. Lucu. Banyak sekali sih kenangan ngekost. Secara Yuni pun sampai sekarang masih kost. Hehehe
Lhooo, Mbak Yuni asli mana memangnya? Kukira asli Semarang, lho …
Yuni asli Madura, Mbak Melinase. Kerja di Semarang. Jadi, ya ngekos deh. Hehehe…
Oalah … Keluarga dari Ibuku banyak yang tinggal di Semarang. Kami jarang pulang juga sih, hihihi …
Kalau kebetulan pulang bisa nih kita meet up, Mbak. Hhehe
Iyaaa … Aku kabari ya kalau main-main ke Semarang.
jaman kuliah, aku pindah kos 4 kali. wkk
pernah ke asrama putri juga, nilai paling jeblok di sini. Karena kita tidur eh senior pada bangun melek dan rame gitu ngerjain tugas.
pernah makan nasi yang dimasak dari beras yg ada tahi tikusnya. Lah terusin aja, udah tgl tua. Sehat juga sampai sekarang saya wkk. btw tahi tikusnya dibuang dulu ya…
Aku dua kali pindah tapi ini yang pertama dan yang paling seru. Makanya diceritain, wkwkwk …
Wkwkwk … tikusnya centil banget sih pup di beras. Nyaman kali ya, hahaha …
wuaah kangen nih beneran sama ngekos. zaman kuliah 4 tahun ngekos dan bener banget sama apa yang ditulis ini wkwkwkwk. apalagi kalo uang belum di transfer makan nasi pake keripik maicih sisaan wkwkwk.
Lumayan itu keripik Mak Icih, dapat kriuk dan bumbu pedesnya. Pokoknya yang penting ada rasanya ya, Mbak. Kan semakin sedih kalau cuma pakai naso doang, wkwkwk …
Saya dulu harus banget berhemat, soalnya buat sebulan, dan ortu jauh, nggak ada saudara.
Jadinya setiap habis dikirim, saya segera bayar kos, bayar uang kuliah, beli kebutuhan bulanan, lalu berhemat sampai akhir bulan.
Nggak pernah makan 3T sih, seringnya T doang atau INDOMIE! hahahaha
Yang paling berkesan adalah balada telpon, duh dulu mah belom punya hape, mau nggak mau rebutan telpon 😀
Naini … Perantau sejati. Dulu juga banyak teman yang begini, Mbak, di kostan. Makanya kita tuh akrab banget dan saling bantu, kecuali duit nggak bisa banyak-banyak, hahaha …
Aku lebih beruntung ya T-nya dapat 3, wkwkwk …
Seru juga ya punya ibu kos kayak gitu, pastinya dia ngangenin juga kan? ?
Kadang kepengen sowan gitu sama beliau tapi agak ngeri lihat rumah kost-nya yang semakin suram, huhuhu …
Wihh seru banget ya mbak pengalaman ngekosnya. Dulu waktu kuliah gak ngekos jd gak punya pengalaman seru gini nih hehe. Rasa2nya penting lah ya ngerasain ngekos waktu kuliah, biar belajar lebih mandiri hehe
Ya Allah, saya banyak ketawa baca tulisan ini. Sungguh menghibur.
Saya sejak SMA sudah jadi anak kost, karena rumah saya di kampung pedalaman dan nggak ada angkutan umum yang lewat sana. Lumayan lama juga saya jadi anak kost, SMA 3 tahun, kuliah 5 tahun, kerja 3 tahun, kuliah lagi 2 tahun. hihi ternyata sampai belasan tahun saya jadi anak kost
Wah, keren banget masih imut-imut udah ngekost aja. Ini kayak muridnya temanku di Tarakan yang kalau mau ke sekolah mesti nunggu helikopter lewat. Makanya anak dari pulau tersebut pada kost di kota. MasyaAllah ya, perjuangan demi menimba ilmu.
Pengalamanmu panjang banget. Ini bisa lho lama-lama naik pangkat jadi ibu kost, hihihi …
Hihi baca ini jadi ingat kenangan waktu ngekost di ibukota…
Kala itu, warteg lah juaranya…
Solusi makan hemat ala anak kost, hehe
Yoi, Mbak. Warteg mah jadi idola. Malah dulu ada teman yang irit banget. Pesan tempe sama kuah bayam doang, wkwkwk …
Baca ini jadi ketawa-tawa inget jaman kost dlu, senasib deh keknya haha
Memprihatinkan tapi tetap gembira ya, Mbak … Wkwkwk …
Hahaha ngakak berat..
Saya punya banyak ibu kost karena pindah pindah
Jadi pingin nulis juga
:D. 😀
Ayo, tulis juga, Ambu. Pengen tahu nih gimana anak kost di masanya Ambu dulu, hihihi …
waduuuh…..saya ga bakalan mau cari kos buat anak di tempat itu Mba. Bisa ga tidur saya mikirinnya…hahahha
Pokoknya kos buat anak harus nyaman, damai & aman. Kenapa ga pindah aja Mba?
Kami waktu itu santai banget sih, Bun. Soalnya nggak kenapa-kenapa juga. Apalagi teman-temannya baik-baik banget satu sama lain.
Hahahaha
Bacanya jadi menyeret juga ke masa-masa kost. Aku pas di Malang pernah ditaksir anak bu kost, karena aku sering beli catering bu kost untuk acara kampus, otomatis sering interaksi dg ibunya di dapur.
Pas pindah kost pun pernah dpt kost yg ada jak malamnya, sedang kerja kdg sampai lewat jam malam sering masuk manjat pagar tapi naas masuk ke rumah tetep ga bs karena teman2ku pas di Malang gila semua, pada doyan dugem tapi mereka baik-baik ???
Dirimu bisa aja cerita keseruan dengan detail sampai lubang angin dapur bu kost ???
Ecieee … Ini malah ditaksir. Catering-nya didiskon nggak, Mbak? Hahaha …
Nah lho, ini lebih preman pakai manjat pagar segala. Iya dong, lubang angin harus dibahas, karena itu tempat kami menimba keripik singkong pedes, wkwkwk …
Asyik nih saya bacanya bagai dibawa nostalgia masa sekolah hehehe….
Ibu kost saya dulu malah sudah tiada. Bangunan yang dulu jadi tempat kos sudah dijual pula. Tinggal kenangan…
Ecieee … Ini malah ditaksir. Catering-nya didiskon nggak, Mbak? Kan lumayan, hahaha …
Nah lho, ini lebih preman pakai manjat pagar segala. Iya dong, lubang angin harus dibahas, karena itu tempat kami menimba keripik singkong pedes, wkwkwk …
Saya ngakak bacanya mbaaaa, apalagi part ibu kost mondar-mandir nagih uang listrik, wkwkkwk
Tapi seru banget ya, bisa kompak sama temen-temen kost. Saya justru dulu kost pas mulai kerja di Jakarta, dan itu kenapa malah gak ada saling kenal sama kanan kiri ya. Apa karena saya juga kalo berangkat kerja pagiii banget, terus pulang malem banget, jadi sampai jarang banget interaksi ke kanan kiri kamar. Ada kenalan itu teman yang sama-sama kerja di tempat yang sama, karena ritme kerjanya sama. Tapi gimanapun, masa-masa di kost di ngangenin, sekaligus ngelatih banget buat mandiri.
Lha iya, namanya ditagih utang, padahal ya punya duit, eh malah ngumpet. Bandel banget kami tuh, ya, wkwkkw …
Wah, kost-nya model mahasiswa sama pekerja ada bedanya nih, ya. Kami mah jangankan pulang malam. Pulang jelang maghrib aja jarang. Takut lewat tangga ke atasnya Mbak, wkwkwk …
Banyak cerita seru pastinya saat kuliah apalagi ngekos. Pasti terlatih mandiri dan setrong. Plus kreatif karena harus pinter ngatur uang bulanan biar cukup kan.
Bener banget. Gimana caranya supaya cukup, kan? Apalagi bukan anak orang berada yang bisa minta uang kapan aja.
Ahahahaha lucu banget cerita ditagih bayar listriknya mbak. Emang jadi anak kost suka dukanya banyak ya.. Tapi banyak hal yang bisa kita pelajari dari situ.
Bandel banget ya kami dulu. Jadi maluuu hahaha …
Ulasannya seru mba, jadi ingat pas masih nguli dulu, alias nguliah. Hahahaha. Saya pernah 1 tahun jadi anak kos, tapi setelah itu mutusin ngontrak rumah saja sama 2 teman. Saya pernah punya pengalaman gak enak, beberapa kali pernah kecurian di kamar kos. Ya itu dia, saya orangnya tipe serampangan naruh barang, lengah kadang lupa ngunci pintu kamar kalo mandi. Kita kan gak tahu ada pencuri masuk dari luar, atau justru dicuri teman kos sendiri. Hehehe.
Ini tempat kost-nya di dalam rumah gitu sih, Mbak. Teman-teman yang kostannya model terbuka gitu memang sering kecurian. Di kami Alhamdulillah, nggak. Nggak ada yang bisa dicuri juga sih lha wong semua sama-sama nggak HP maupun laptop. Prihatiiin … banget.
Sayang sekali saya dulu ga pernah mengalami ini semua ? ga pernah ngerasain jadi anak kost karena rumah dan kampus berdekatan ? kalo diliat dari temen2 lain yg ngekost seru banget padahal.. susah senangnya, belajar hidup mandiri, dll..
Nggak papa, Mbak, baca pengalaman teman-teman aja. Sisi baiknya, nggak usah pusing mikirin duit yang mepet, hihihi …
Seru banget! Ngakak jadinya.
Auto ke inget masa-masa ngekos. Bapa kos saya dulu purnawirawan polri. Kalau ada teman cowo main, diinterogasi macam2. Alhasil kita yang ngekos di sana jomblo semua, hehe…
Waduh, segitu bapak kost, ya. Jangan-jangan itu pesan titipan dari para orangtua tuh, hahaha …
Huwaaa mba Melin, jadi ngingetin masa ngekost masyaAllah masa-masa berjuang dan mandiri wakakka
Tempe tahu telor tongkol, ya ampun hahaah jadi nostalgia. Apalagi anak-anak pada ghibah kamar sana kamar sini, kebersihan OMG ah kamu m ba. Terimakasih sudah membawa ke lorong waktu.
Wahhh … Sama yaaa makan serba T juga, hahaha …
Wahahaha, dramatis kali sewaktu ngekostnya mba ya. Tapi, seru Juga punya ibu kost seperti itu bikin ketawa walau agak seram sih.
Alhamdulillah, saat ngekost dulu saya nggak begitu, karena kami punya fasilitas sendiri di kamar masing2, tapi agak individual sih, jarang nimbrung dengan teman samping kamar kecuali kalau ada perlu saja. Ibu kostnya yg tinggal di lantai satu juga begitu, adem2 ayem gitu. Bicara dan bertemu seperlunya saja. ?
Kost-an cakep itu pasti, ya. Kami mah fasilitasnya ya ada magic com aja yang saya bawa. Itu udah yang paling mewah, hahaha …
Kadang ya Mba kalo udah mepet tanggal tuwir wkwkwk pinjem duit temen wakakak
ya gimana jauh dari rumah, tapi alhamdulillah banyak sahabat-sahabat di keliling jadi aman.
Iya, saling utang-mengutangi ya, Mbak. Benar banget, jadi teman rasa saudara kalau udah jadi anak kost mah.
Wah ngekost dimananya BOgor mbak? Jangan-jangan kita satu almamater dulu hihi. Anw Mamaku juga Ibu Kost sekarang. 😀 Jadi ikutan update soal perkembangan anak jaman sekarang haha.
Dulu di Cidangiang, Mbak. Dekat Komplek IPB Baranangsiang 3. Waaah, semoga ibunya Mbak nggak dapat anak kost model kami dulu itu ya, hihihihi …
No 1, no 4, dan no 6 itu paling berasa di akuu.
Pernah sih nemu Bapak/ibu kost yang seriwit… tapi trus akunya pindah aja 😀
Aku bukannya pindah malah betah, wkwkwk …
Balada anak kost itu emang kaya drama yaa asam manis tapi banyak ceritanya. Aku sih gak pernah ngerasain jadi anak kos. Kadang suka pengen nyobain keseruannya. Masak nasi dan telor beserta mienya di magic com hahaha… begitu kira2 cerita temen2ku yang ngekos. Sayang sampe sekarang aku gak bisa mewujudkan rasanya ngekos
Wah, kalau masak nasi dan telur di magic com sampai sekarang pun masih Mbak kalau gas habis dan warungnya nggak kunjung nganter, hahaha …
Hihi saya juga dulunya anak kos yang selama hampir 4 tahun kuliah cuma sempat sekali pulang kampung karena jarak yang terbentang pulau. Baca ini jadi mengenang juga nih masa-masa ngekos yang penuh nano-nano. Makanan saya waktu kos juga nggak melulu indomie tapi 3T, itu juga kalau lagi malas masak. Wkwkw
Wuih … Temanku juga ada dua tuh yang dari luar pulau, tepatnya Sumatera Barat. Kalau orangtuanya datang, kami makan enak. Iyalah, masakan minang enak-enak tuh, yaaa …
Pernah juga kos ka jaman kuliah di lenteng agung. Ibu kosnya sih ga tinggal serumah tapi itu kosan putri yg alhmdulilah masih kompak di wag
Iya, Kak. Salah satunya kebetulan memang teman main di kampus. Sekelas gitu kuliahnya. Jadi sampai sekarang kami masih suka nostalgia lalu ketawa-ketawa bareng.
yang paling saya raskaan sih berhemat, pernah2 kejadian beli telur diaduk lagi ma tepung ayam goreng hahaha.. sedihh sedih tapi jadi kenangan
Biar rada gedean ya telurnya, Mbak … Hahaha …
Aku pernah ngerasain jadi anaj kost, anak asrama, pun juga pernah jadi ibu asrama. Ya benar. Kayak Tom and Jerry. Hahaa.. But, sekarang hanya tinggal kenangan. Rindu suasana asrama. Hiks… Semoga adek-adekku sehat selalu dan sehat terus. Aamiin..
Biar menjadi kenangan ya, Mbak …
Wuih … Ibu asrama juga. Ini ketua asrama gitu atau memang yang punya asrama, Mbak?
Ya ampun aku ngakan baca ini hihihi
Ternyata ada aja cerita ibu kos ya
Kalau aku dulu kos di Bali, si ibuk suka pinjam barang ke kita buat dharma wanita. Ya tas atau sepatu gitu..kasihan sebenarnya. Jadi sebenarnya suaminya itu kaya, tapi pelit banget sama istri.
Kelihatan banget di mata kami.. si ibuk jadi suka ngeliatin kami pas pergi, terus pas di pergi mau dharma wanita sampai berani pinjam, karena memang dia ga punya. Jadi kami sepakat kasih pinjam aja yang diperlukan apa. Tapi dibalikin sih sama dia pulangnya.
Nggak papa, Mbak. Aku malah suka kalau pembaca tulisan ini ngakak. Kalau sedih aku bingung, wkwkwk …
Wah, anak kostnya kece-kece ya makanya ibu kost kepengen tampil gaya juga, hihihi …
Hehehehe cerita tentang kosan emang nggak pernah abis ya mba. Aku juga beberapa kali pindah kosan dan semuanya punya cerita. Yang paling epic itu dulu ibu kosku yang killer banget hahaha. Kita ngomong keras dikiiiiit aja didatengin, suruh diem. Trus ada jam malem. Mosok anak kuliahan jam 8 udah harus ngandang. Belom lagi kalo mau nyetel kaset (((kaset))) harus siang, gak boleh malem2 soalnya berisik. Hahaha.. jaman belum punya hape, belom punya headset. Aduuh jaman penjajahan banget deh pokoknya. Tapi pas skrg dikenang lucu juga ya
Wah, ibu kost rupanya tengah melakukan proses pelestarian anak-anak perempuan agar tetap tampil kalem, hahaha … Anak kost mah susah ye disuruh ngomong pelan. Pada heboh bawaannya.
Jamanku kuliah yang masih dengerin kaset. Dulu punya radio tape compo gitu, hahaha … Eh di mana ya dia sekarang?
Whuaaa aku jadi bersyukur pernah ngekos juga dan kalo diingat bener ada aja deh cerita seru ya. Kalo aku yg galak bukan bu kos ya tapi kamar kosan sebelah. Duuh sampe nangis lho dulu aku dimarahin dia. Huhuu…
Aduh aduh, siapa yang berani-berani marahin Mbak Arum yang lembut ini? Hihihi …
Hihihi seru juga pengalaman Mbak Melina jadi anak kos. Ibu kosnya perkasa juga ya :))
Saya juga pernah jadi anak kost, tapi hanya satu semester, jadi gak begitu banyak kenangan yang tertinggal. Tapi sejauh yang saya ingat, ibu kos saya ramah dan lemah lembut.
Hmmm … Jadi teringat jodoh nih, Teh. Teteh dapat ibu kost yang lemah lembut karena Teteh juga lemah lembut. Aku dapat ibu kost yang preman jangan-jangan karena kami semua preman juga nih, ya? Hahaha …
Jadi inget masa nge-kost juga nih, menu tahu tempe telor bener banget nih haha, Sama sedia mie instan tentunya. Aku zaman dulu ga terlalu familiar sama ibu kost, soalnya yang punya kost kebetulan selalu bapak-bapak yang mana pastinya ga banyak ngomong, telat bayar kost bisa cingcay asal baek-baek bilang lalu datang dan pulangnya sun tangan, si Bapak kost luluh dan suka jadi senjata anak-anak kostnya haha
Wah, kata kuncinya pokoknya salim ya, Teh … Jadi anak kost yang manis lah ya di hadapan bapak kost mah, hahaha …
Tah kan sama … tahu tempe telor juarak!
Wah mengingatkan aku dulu sempet ngekost juga. Tapi karena yang punyanya gak diBandung jadi biasa aja mbak. Kangen sepenanggungannya. Kalau aku biasanya makan segala menu alias indomie berbagai rasa hahaha
Jaman aku mah belum ada Indomie berbagi rasa kayak sekarang. Jaman aku kuliah, Teh Mega kelas berapa, ya? Hahahaha …
Ini kedua kalinya aku baca cerita Mb Melina tentang kenangan anak kost. Dan masih selalu bikin ngakak ?? seru banget apalagi bagian yang beli keripik pake ember wkwkwk ide brilian sih itu, kok bisa ya kepikiran pake cara narik ember ??
Wkwkwk … Lha, ada lubang angin yang persis di atas dapur, kan? Daripada capek naik turun tangga, ya mending nimbang aja, wkwkwk …
Aku kos di tempat yg sama selama 6 tahun. Mereka sekeluarga dng 5 anak di bawah. Kami anak-anak kos di atas, ada juga sih di kamar bawah. Bapak kos abusive. Kalo kumat, ibu kos dihajar smp biru. Kami di atas ketakutan, ngumpul di satu kamar, sedih. Besoknya kami rame-rame ngantronin si Ibu, duduk mengelilingi si Ibu yang sambat. Dia janji, kalo anak-anak udah beres sekolah, dia mau minta cerai. Eh…bener lhoh. Aku udah nikah, ketemu mantan ibu kos di toko, dia lapor kalau udah pisah.
Astaghfirullah … Tega sekali ya, Bun. Aku nggak habis pikir kok jahat sekali. Segitu banyak orang di sekitar tempat tinggal, ya? Gimana coba kalau berdua saja? Semoga mantan ibu kost sudah lebih bahagia ya sekarang ini.
Pilihannya masih oke Mbak, ketimbang mie instan lagiii mie instan lagi. Seperti banyak difavoritin anak kost. Seru ya… kalau nyimak cerita-cerita anak kost.
Saya ga ngalamin jadi anak kost, bareng ortu terus. Lepas ortu karena diboyong suami. Hihi…
Wah, kalau sudah diboyong suami sih nggak usah minta nyobain jadi anak kost ya, Teh … Nanti suaminya bingung hahaha …
Wkwkwkwk, bagai Tom n Jerry. Lah emang kebanyakan kayak gitu kali ya? Kadang suka senang denger pengalaman kost temen-temen, pada seru. Menikmati “kenakalannya” bersama empunya kostan, hehe…
Dulu sih nggak ada perasaan berdosa gitu, Teh. Santai aja ngerjain ibu kost. Tapi sekarang suka merasa bersalah. Beliau udah semakin sepuh juga pastinya.
Balada anak kost, kalau dibikin buku pasti seru nih, hahaha. Aku sendiri cuma 3 kali pindah kost. Yang kedua ini yang paling hommy. Udah kayak sama ibu sendiri. Nah, yang ketiga yang udah hidup sendiri. AKu aja gak tahu ibu kost-nya yang mana. Orang gak pernah nyamperin ke kost-kostan. JAdi cuma bayar aja ke penjaganya. Wis pokok kost super aneh. Tapi ya malah santai sih, gak ada yang nyerewetin, hahaha
Betuuul … Yuk bikin buku itu, Mbak, hahaha …
Aku waktu kuliah tinggalnya di asrama sih mbak, nggak ngekos hehee tapi tinggal di asrama juga bqnyak kenangannyq lhoo hehee
Kalau asrama mah kayaknya penghuninya baik dan manis, yaaa … Hahaha …
Mbak Mel, kami pun dulu pernah punya pengalaman males ketemu ibu kos, karena beliaunya suka kepo dan ngoming nggak jelas, hehe.
Nah pas ibuk kos datang kami sedang nonton Tv di salah satu kamar teman kos berdelapan orang di ruang kamar yang nggk terlalu luas.
Kebayang kan, bagaimana rasanya tahan napas, tapi pingin ketawa, hhh.
Tau nggk temenku sampai njentit bokongnya krn nggak dpt tempat sembunyi tapi tetap berusaha tahan napas biar nggak kedengeran Buk Kos kalo kami ada di situ, wkwkwk.
Seruu banget masa2 itu.?
Ya Allah, Mbak … Ketawa aku mbayangin njethitnya temanmu itu. Ibu kost mah suka salah ya di hadapan anak kost. Cerewet, galak, tukang ngomel, kepo, judes, nggak perhatian. Hahaha …
Mba Mel, kenapa aku ngakak baca cerita Ibu kosmu ini mbak wkwk. Ya ampun beneran ala penagih utang ya haha. Tapi seru banget deh, cuma sedih aja ya kalo air sering mati. Telur adalah lauk paling istimewa jaman ngekos. Apalagi ditambah Indomie masak di Magic com haha 😀 duh kangen masa ngekos, tapi gak mau ngulang lagi. Susah bok 🙂
Ngakak aja Mbak, nggak papa. Soalnya ini cerita lucu. Kalau dirimu nangis nanti aku malah bingung, hahaha …
Magic com mah pokoknya beneran magic ya Mbak, wkwkwk …
Seru banget ceritanya. Jadi ingat masa kost dulu.
Seru ya, Ceu …
Rame dan seru ya kenangannya waktu jadi anak kost. Pasti akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Ihhhhh seru nich ceritanya pada saat ngekost. Jadi terbayang saat saat ngekost waktu SMA. Ahhhhhhh bikin kangen teman teman SMA
Wah, SMA udah ngekost yaaa? Jadi inget siswa-siswi SMAKBO di Bogor sini. Kebanyakan juga anak rantau yang mau nggak mau harus ngekost.
Baca ini jadi nostalgia beberapa tahun silam nih mbak. Keseruan jadi anak kos yang gokil pisan. Lagian nggak nyangka loh Mbak Melina seru begini pengalamannya. Hihi… Ayo, mengulang lagi mbak jadi anak kos. Wkwkwk
Wkwkwk … Beneran nih ngekost lagi? Harus naik level dong ngekostnya di apartemen.